Jumat, 09 Maret 2012

Kustom Bike Branding V.1 : Kekuatan Kultur Kustom

Kustom Bike Branding V.1 : Kekuatan Kultur Kustom

Sudah sebulan lebih tak terasa blog ini hanya berisi artikel comotan saja. Walau dicomot dari berbagai sumber sahih tak seru bila saya tak ikut berteriak disini, 'Ini 'kan blog gue! :P'. Soo... saya putuskan untuk membuat sebuah catatan pendek tapi panjang (hahaha!) tentang beberapa hal yang masih berputar-putar di kepala saya sampai sekarang. Sebuah catatan tentang hubungan antara sepeda modifikasi dengan upaya mainstreaming brand image. Upaya ini bisa ditempuh lewat banyak cara tapi sepertinya media yang bisa dengan cepat merenggut perhatian banyak orang sekarang adalah media gambar bergerak seperti televisi atau internet. Penyebaran melalui media yang cukup sporadis telah membuat dunia seakan tiada lagi sekat sehingga dimana pun kau berada dan beruntung memiliki koneksi ke media-media itu niscaya kau tak akan tertinggal satu update pun.

Soo… let’s get started… 
Merk dagang atau bahasa kerennya, brand image telah diberi pengertian oleh Wikipedia sebagai, "nama, istilah, desain, simbol, atau fitur lain yang mengidentifikasikan barang atau jasa dengan membedakan satu penjual dengan penjual yang lainnya." 
Barang atau jasa selalu menuntut untuk dijual bukan?... kecuali kamu hanya akan menyimpannya sebagai persediaan selama musim dingin :p . Nyaris setiap barang atau jasa yang memiliki nilai komersial pasti tidak akan lepas dari yang namanya image atau bahasa simpelnya pencitraan. Pencitraan dengan kata dasar citra memiliki arti sebagai gambaran yg dimiliki orang banyak mengenai pribadi, perusahaan, organisasi, atau produk. Pencitraan sangat besar pengaruhnya terhadap nilai jual suatu barang atau jasa sekaligus menentukan tingkat loyalitas penikmatnya. Khusus di ulasan ini ingin saya tekankan kepada sebuah barang berwujud sepeda modifikasi yang dalam cakupan luasnya meliputi lowrider, cruiser, klunkerz, boardtrack, chopper dan lain sebagainya tapi biar mudah nulisnya kita sebut saja lowrider. 


Sebuah kultur yang mengakar kuat di negaranya sendiri, itulah lowrider. Semenjak, si raja modifikasi otomotif, George Barris meng-kustom-sasi Schwinn Sting-Ray untuk serial The Munster, sejak itu pula kultur gokil ini menyeruak menjalar kemana saja. Banyak anak-anak kala itu keranjingan dengan lowrider dan salah satu yang banyak tertulis di literatur adalah anak-anak ras Amerika Latin (Chicano/Mexican). Mereka yang telah terinfeksi karena melihat gaya muscle car kemudian menerapkan kepada sepeda masing-masing dengan alasan kustomisasi sepeda itu lebih murah daripada mobil.



Amerika Serikat adalah epicentrum dari geliat kreatif ini jadi sebuah kewajaran saat banyak momen untuk bisa menikmati penampakan lowrider nyaris di semua media seperti, film, iklan bahkan video klip band maupun penyanyi solo. Sejak sekitar tahun 1900-an mereka telah memproduksi sepeda ini, sehingga lumrah saja kalau bisa begitu lekat dengan keseharian warganya dan telah menjadi bagian dari budaya asli mereka.







Coba saja kamu cek video klip band seperti, Good Charlotte (The Anthem), The Baseballs (Hello), Green Day (Waiting), Rancid (Ruby Soho), video dari penyanyi solo seperti, Ke$ha (Tik Tok), Inoj (Time After Time) dan masih banyak lagi kalau saja saya niat observasi lebih dalam.



Lalu ada juga segelintir contoh beberapa film yang mengambil setting sekitar tahun 1950-an seperti, Back To The Future, Giant Robot, Beethoven 2, Pee Wee Big Adventure, Indiana Jones and The Kingdom Of Crystal Skull. Disana kamu bisa menjumpai sepeda jenis cruiser menjadi bagian dari properti dalam salah satu scene. 


Brand sepeda yang telah berproduksi sejak jaman jebot dan kebanyakan tumbuh di tanah Amerika seperti Schwinn, Murray, Huffy, Monark dan lainnya telah melahirkan pencitraan yang kuat tentang bagaimana rutinitas masyarakat disana. Kultur menyehatkan ini dimulai dari satu term saja, yakni sepeda, dan pada akhirnya mereka berhasil menyumbangkan banyak hal bagi dunia. Mulai dari bagaimana bersikap, pilihan genre musik, fashion hingga sejarah panjang literatur persepedaan.


Secara sederhana, evolusinya bisa dirunut seperti ini, medio 1970-an, sekelompok remaja di California selatan mencoba mendobrak kemapanan dengan bermain tanah mengendarai Schwinn Sting-Ray layaknya motocross yang pada akhirnya melahirkan jenis sepeda BMX (bicycle motocross). 


Di sudut lain Amerika, segerombolan generasi menolak tua di daerah Marin County berlomba-lomba menaiki cruiser menuruni perbukitan dengan rusuhnya. Merekalah Klunkerz, sebuah geng yang telah menyumbangkan nama personelnya masing-masing sebagai pelopor trend mountain bike modern.







Sedangkan di ranah kompetitif, ada jenis sepeda khusus adu kecepatan, boardtrack dan gravity bike yang menampilkan sisi sportif sekaligus outlaw yang kuat. 





Oh... yaa... ada salah satu hal seru yang pernah saya tangkap adalah kuatnya pencitraan lowrider tehadap dua genre besar musik dunia, yaitu Hip Hop dan Punk. Seakan-akan kultur lowrider hanya berkutat diantara hal-hal tersebut. Dan sayangnya, masih banyak orang enggan belajar sampai ke akarnya. Mereka telanjur merasa nyaman berada di dalamnya sehingga menjadi sangat enggan menjauh dari zona kenyamanan.



Dan saat modernisasi kian menghinggapi kita semua seperti saat ini, posisi kultur ini pun makin terlihat perkasa sebagai kultur uzur yang enggan hancur. Kini kultur lowrider telah berhasil menjadi besar dan melebar bahkan menyebar ke seantero dunia.




Kultur lowrider berhasil membentuk suatu ciri khas yang kemudian digunakan oleh kebanyakan masyarakat sebagai label untuk mengklasifikasikan jenis sepeda ini. Sayangnya, kadangkala klasifikasi itu malah menjadi upaya pengkotakan yang kurang relevan sehingga menimbulkan stigma tertentu di sebagian orang tentang sepeda lowrider. Pengkotakan itu memunculkan anggapan bahwa sepeda lowrider itu hanya sepeda yang mengutamakan gaya dan dengan bangganya telah menempatkan unsur fungsi serta kenyamanan bukan di urutan pertama. 



Dan sebagai penutup, tidak selamanya pencitraan itu menciptakan dampak sesuai apa yang diharapkan.

'Be wise with every step you make'


source 

0 komentar:

Posting Komentar